Senin, 25 Juni 2012

Makalah Psikologi perkembangan


LAPORAN  OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK DALAM BERBAGAI SEGI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN  PADA SISWA KELAS II
SD ISLAM AN-NUR MAGELANG
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Mata Kuliah        :  Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu    :  Ibu Sumilah

Disusun Oleh :
Nama        :  Nita Afrianti
NIM        :  1401409101
Rombel    :  05


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan observasi Mata Kuliah Psikologi Perkembangan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester II.
    Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun leporan observasi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1.    Ibu Sumilah selaku dosen pengampu Mata Kuliah Psikologi Perkembangan.
2.    Bapak Solihin M. P, Ama. Pd. selaku Kepala Sekolah SD Islam An-Nur Magelang.
3.    Kedua orangtua yang selalu memberi motivasi kepada penulis.
4.    Serta pihak-pihak yang telah membantu.

Penulis menyadari bahwa hasil laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

                                Semarang,  Juni 2010
                                Penulis,
   

                                Nita Afrianti
                                NIM 1401409101



BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan–perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. Pada dasarnya psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku individu dalam perkembangannya yang mencakup periode masa bayi, masa anak-anak, masa remaja dan masa dewasa.
Setiap anak pasti akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan tetapi antara anak yang satu dan yang lain tidak akan sama kapan kesempatan mereka untuk dapat berjalan, berbicara, menstruasi dan untuk memperoleh kematangan juga berbeda waktunya. Pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas ynag harus diperhatikan adalah seorang peserta didik merupakan satu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai indivudu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Secara keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu aspek mengalami gangguan, maka emosinya juga terganggu.  Dengan adanya hal itu maka dalam Mata Kuliah Psikologi Perkembangan diadakan tugas penelitian  atau observasi guna memenuhi salah satu Tugas Tengah Semester, selain itu juga untuk melihat secara langsung perkembangan dan pertumbuhan peserta didik beserta implikasinya usia kelas II SD.
Setelah saya melakukan penelitian dan terjun langsung di SD, saya menemukan berbagai perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antara peserta didik yang satu dan yang lain. Perkembangan yang dialami oleh masa anak usia kelas II SD berbeda sekali dengan anak usia kelas VI SD. Yang membedakan dari keduanya adalah bahwa anak usia kelas II SD lebih sering menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain dan mereka cenderung lebih banyak mengikuti emosi yang sedang dirasakannya tanpa bisa mengendalikannya. Sedangkan pada anak usia kelas VI SD mereka mengalami masa yang sulit untuk diatur, lebih sering mengelompok membentuk geng dan masa untuk belajar menyesuaikan diri dengan standar atau aturan yang disetujui semua anggota kelompok.
Dengan melakukan penelitian ini setidaknya saya mempunyai gambaran dan pengalaman bagaimana perkembangan psikis dan sosial beserta implikasinya peserta didik secara real atau nyata. Semoga bisa menjadi bekal saya dalam mengajar di masa depan agar bisa menjadi guru SD yang profesional dan bermutu.
 Seperti yang telah kita ketahui bahwa adanya permasalahan seperti yang tertulis diatas maka dalam penelitian  ini yang ingin saya teliti adalah perkembangan anak usia kelas II SD pada khususnya. Untuk mendukung kelancaran penelitian yang saya lakukan di SD dan untuk mengoptimalkan hasil penelitian maka saya menggunakan metode non eksperimental yang memudahkan saya dalam pengumpulan data, yaitu :
1.    Metode Pengamatan
Suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari anak yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
2.    Metode Klinis
Suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pertanyaan-pertanyaannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.





BAB II
LANDASAN TEORI

1.    PERKEMBANGAN EMOSI
Pengertian perkembangan emosi
Dalam kehidupan sehari-hari, emosi sering diistilahkan juga dengan perasaan. Perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup karena tidak banyak melibatkan aspek fisik, sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang dinamis dan terbuka karena melibatkan ekspresi fisik.
Minimal ada empat ciri emosi yaitu :
1.    Pengalaman emosional bersifat pribadi atau subjektif, ada perbedaan pengalaman antara individu yang satu dengan lainnya.
2.    Ada perubahan secara fisik (kalau marah jantung berdetak lebih cepat).
3.    Diekspresikan dalam perilaku seperti takut, gampang marah, sedih dan bahagia.
4.    Berbagai motif, yaitu tenaga yang mendorong seseorang melakukan kegiatan, misalnya orang sedang marah mempunyai tenaga dan dorongan untuk memulkul atau merusak barang.

Ciri khas penampilan atau ekspresi emosi anak antara lain :
1.    Reaksi emosinya kuat terhadap situasi yang sederhana atau remeh maupun yang serius, namun dapat berubah dengan bertamnbahnya usia anak.
2.    Sering kali tampak dalam bentuk ekspresi fisik dan gejala, misalnya perubahan ruman muka, dan gerakan tubuh, dan ada juga anak yang menjadi gelisah, melamun, menggigit kuku.
3.    Bersifat sementara, kalau sedih anak menangis tapi setelah itu cepat berhenti bila perhatiaannya dialihkan
4.    Reaksi emosi mencerminkan individualitas anak, misalnya juga anak ketakutan, ada yang menangis, menjerit, lari dan bersembunyi dibalik seseorang.
Macam Emosi
    Rasa khawatir dan cemas biasanya timbul tanpa alasan yang jelas, tetapi lebih disebabkan karena membayangkan situasi bahaya atau kesakitan yang mungkin terjadi. Biasanya terekspresikan dalam bentuk perilaku yang murung, gugup, mudah tersinggung, tidur tidak nyenyak, dan cepat marah.
    Rasa marah merupakan suatu perasaan yang dihayati oleh anak yang cenderung bersifat menyerang. Ada anak yang dapat menghadapi dan mengatasi rasa marah lebih baik dibandingkan anak lainnya.
    Kegembiraan, keriangan, dan kesenangan merupakan emosi yang menyenangkan. Setiap anak berbeda variasi kegembiraannya. Hal itu dipengaruhi oleh perbedaan usia anak.
2.    PERKEMBANGAN INTELEK
Pengertian dan Klasifikasi Intelegensi
    Intelek adalah kemampuan jiwa atau psikis yang relatif menetap dalam proses berpikir untuk membuat hubungan tanggapan, serta kemampuan memahami, menganalisis, mensintesiskan, dan mengevaluasi.
    Menurut Thurston (Sukmadinata, 2003) ada tujuh faktor C, yaitu : Kemampuan verbal, kelancaran menggunakan kata-kata, memecahkan masalah matematis, memahami ruang, mengingat, melakukan pengamatan/ persepsi, dan berpikir logis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Intelek
    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek anak, antaranya adalah sebagai berikut :
1.    Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui kesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
2.    Intelegensi atau tingkat kecerdasan mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti atau memahami sesuatu.
3.    Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
4.    Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi dalam buku, film, dsb.
5.    Jenis kelamin.
6.    Kepribadian anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan berdasarka pada penyesuaian diri dan cara pandang anak terhadap dirinya sendiri.

3.    PERKEMBANGAN SOSIAL
Pengertian, Proses Sosialisasi, dan Penyesuaian Sosial
Perkembangan Sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Belajar hidup bermasyarakat memerlukan sekurangnya tiga proses berikut:
1.    Belajar berprilaku yang dapat diterima secara sosial.
2.    Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
3.    Perkembangan sikap sosial
Kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi antara lain dipengaruhi oleh sejumlah faktor:
1.    Kesempatan dan waktu untuk bersosialisasi, hidup dalam masyarakat dengan orang lain.
2.    Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain.
3.    Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.
4.    Metode belajar efektif dan bimbingan bersosialisasi.

Terdapat beberapa kriteria penyesuaian sosial yang baik :
1.    Tampilan nyata, dimana perilaku sosial anak sesuai dengan standar kelompok dan memenuhi harapan kelompok sehingga diterima menjadi anggota kelompok.
2.    Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, dimana anak dapat menyesuaiakan diri bukan hanya dalam kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok lain.
3.    Sikap sosial, dimana anak menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, serta ikut berpartisipasi dan berperan dalam kelompok dan kegiatan sosial.
4.    Kepuasan pribadi, karena anak dapat bersosialisasi dengan orang lain secara baik, dan dapat berperan dalam kelompok, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota kelompok.

4.    PERKEMBANGAN MORAL
Pengertian Perkembangan Moral
    Moral berasal dari kata Latin “mores” yang berarti tatacara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikendalikan oleh konsep moral.
    Dalam mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, Piaget (Sinolungan, 1997) mengemukakan 3 tahap perkembangan moral sesuai dengan kajiannya pada aturan dalam permainan anak.
1.    Fase Absolut, dimana anak mengahayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih berkuasa)
2.    Fase Realistis, dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Dalam permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu kenyataan atau realitas yang dapat diubah asal disetujui  bersama.
3.    Fase Subjektif, dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaan dalam penilaian perilaku, anank menaati peraturan agar terhindar dari hukuman, kemudian memahami aturan dan gembira mengembangkan serta menerapkannya. 

5.    PERKEMBANGAN BAHASA
Pengertian, Fungsi, dan Keterampilan Berbahasa
    Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk penyampaian pesan (pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.

    Ada tiga komponen utama bahasa, yaitu :
1.    Bentuk atau form yang mencakup sintaksis, morfologi, dan fonologi.
2.    Isi atau content yang meliputi makna atau sematik.
3.    Penggunaan atau use yang mencakup pragmatik.
Keterampilan berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan mendengarkan di sekolah dasra meliputi kemampuan memahami bunyi bahasa, perintah, dongeng, drama, petunjuk, denah, pengumuman, berita, dan konsep materi pelajaran.
Keterampilan berbicara meliputi kemampuan mengungkapkan pikiran,perasaan dan informasi secara lisan mengenai perkenalan, tegur sapa, pengenalan benda, fungsi anggota tubuh, kegiatan bertanya, percakapan, bercerita, deklamasi, memberi tanggapan pendapat/ saran, dan diskusi.
Keterampilan membaca meliputi keterampilan memahami teks bacaan melalui membaca nyaring, membaca lancar, membaca puisi, membaca dalam hati, membaca intensif dan sekilas.
Keterampilan menulis meliputi kemampuan menulis permulaan, dikte, mendiskripsikan benda, mengarang, menulis surat, undangan dan ringkasan paragraf.
6.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Pengertian, Ciri-ciri dan Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
    Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin persona yang artinya “topeng”. Allport mendefinisikan kepribadian sebagai susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungan.
    Ciri-ciri kepribadian yang sehat, diantaranya adalah (Dahler, 1987:20-23) :
a.    Kepercayaan yang mendalam pada diri sendiri dan orang lain.
b.    Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetapi berani.
c.    Inisiatif berkembang.
d.    Tidak merasa minder, tetpai mempunyai semangat kerja yang tinggi.
e.    Bersikap jujur terhadap diri sendiri (berani melihat dengan sadar akan kekurangan diri sendiri).
f.    Berdedikasi tinggi.
g.    Senang kontak (berhubungan) dengan orang lain, seperti tukar pikiran, membuka diri, menjaga rahasia.
h.    Integritas.
Faktor yang mempengaruhi kepribadian :
a.    Faktor bawaan
b.    Pengalaman awal
c.    Keluarga
d.    Sekolah
e.    Budaya
f.    Kondisi fisik
g.    Daya tarik
h.    Keberhasilan dan kegagalan










BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI

A.    FORM IDENTITAS SISWA
Identitas Siswa
a.    Nama            :  Artamevia Eka Suci
b.    Kelas            :   II (Dua)
c.    No. induk / absen    :  08. 022
d.    Jenis kelamin        :  Perempuan
e.    Tempat / tgl lahir    :  Magelang, 20 Maret 2002
f.    Hari / tgl observasi    :  Sabtu, 22 Mei 2010
g.    Tempat observasi    :  SD Islam An-Nuur
h.    Waktu            :  07.00-selesai

I.    Tujuan :

•    Mengetahui perkembangan anak dalam berbagai segi.

II.    Aspek-aspek yang diobservasi:
A.    Aspek Psikis

No    Aspek yang diobservasi    Kemunculan (Ya)
1.






    Segi emosi :   

        Anak tidak mudah marah.    
        Anak mau menerima saran atau masukan dari orang lain.    
        Tidak ada perasaan takut terhadap teman atau guru.    −
        Cemas ketika melakukan kesalahan.    −
        Senang ketika bermain dengan teman sebaya.       
        Rasa ingin tahu terhadap apa yang mereka amati disekitarnya.        
2.    Cara berfikir/ intelek:   
        Pemahaman dalam menerima pelajaran.    
        Tidak memiliki cacat mental.    
        Gemar dalam bertanya sesuatu yang menarik minat mereka kepada orang yang lebih dewasa.    −
        Mudah bergaul atau beradaptasi.    
        Memiliki rasa percaya diri.    −

B.    Aspek Sosial    :
No.    Aspek yang diobservasi    Kemunculan (Ya)
1.    Segi Perkembangan Sosial   
        Mampu berinteraksi dalam kelompok.       
        Disukai teman-teman sebaya.       
        Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata.       
2.    Segi Perkembangan Moral   
        Mau menerima keberadaan orang lain.       
        Berpartisipasi dalam kelompok.       
        Tidak suka berkelahi.       
        Mentaati tata tertib.       
        Bertanggung jawab.       
        Disiplin       
        Berpakaian rapi       
3.    Segi Perkembangan Bahasa   
        Keterampilan mendengar   
    •    Kemampuan memahami bacaan yang didengar.       
    •    Kemampuan memahami kalimat perintah.       
    •    Kemampuan memahami kalimat berita.       
        Keterampilan berbicara   
    •    Kemampuan mengungkapkan pendapat       
    •    Menyapa teman       
    •    Memberi tanggapan atau pendapat    −
    •    Aktif dalam diskusi       
        Keterampilan membaca   
    •    Membaca dengan lancar       
    •    Membaca suara nyaring dan jelas    −
        Keterampilan menulis   
    •    Kemampuan mendiskripsikan benda       
    •    Kemampuan mengarang       


BAB IV
STUDI KASUS

Biodata Siswa
Nama                :  Artamevia Eka Suci
Tempat/ Tanggal Lahir    :  Magelang, 20 Maret 2002
Jenis Kelamin            :  Perempuan
Anak Ke-            :  1
Alamat                :  Bulu Kidul, Podosoko, Sawangan
Nama Orangtua        :
1.    Ayah            :  Heri Setyawan
2.    Ibu            : Widiyanti
Pendidikan Terakhir        :
1.    Ayah            :  SMA
2.    Ibu            :  SMA
Pekerjaan Orang Tua        :  Wiraswasta
   
PERMASALAHAN    :
    Setelah saya melakukan observasi di SD Islam An-Nur, saya menemukan salah satu anak kelas II  yang mengalami sedikit permasalahan tetapi dengan adanya permasalahan inianak tersebut menjadi terlihat sangat menonjol di kelasnya. Permasalahan yang dialami oleh anak tersebut adalah kurangnya rasa percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki dan kurang aktifnya siswa tersebut pada pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Pada saat saya observasi, pak guru menulis soal Bahasa Indonesia di papan tulis dan siapa saja yang bisa menjawab harus maju ke depan untuk menulis jawabannya di papan tulis, anak tersebut sebenarnya bisa mengerjakan tetapi malah justru dia memberikan bukunya dan menyuruh temannya untuk maju dan mengerjakan jawaban yang sudah dikerjakannya. Dia tidak percaya diri kepada kemampuan yang dimilikinya. Pada saat gurunya mengajukan pertanyaan, semua anak tunjuk jari untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh gurunya,tetapi hanya anak tersebut yang tidak tunjuk jari, lalu Pak guru justru menunjuk anak tersebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, dia juga malu-malu untuk menjawabnya, tetapi padahal jawaban yang dia utarakan sudah benar. Kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki anak tersebut membuat dia terlihat  menonjol di kelasnya karena teman-teman yang lain mempunyai percaya diri yang besar. Dia tidak yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.
    Pada saat anak tersebut disuruh untuk membaca oleh guru, suara anak tersebut kecil dan tidak dapat didengar oleh temannya yang duduk di pojok. Guru sudah menyuruhnya untuk lebih mengeraskan suaranya, tetapi tetap saja suara dia saat membaca tidak lantang. Nada suaranya seperti malu pada teman-temannya.











BAB V
SOLUSI PERMASALAHAN

    Pada umumnya masa anak-anak adalah masa dimana mereka sedang pandai-pandainya mencari hal-hal yang mereka ingin tahu. Keingintahuan mereka jauh lebih besar daripada keingintahuan orang dewasa. Tetapi permasalahan yang ada pada anak kelas II tersebut justru kurangnya rasa percaya diri yang menghambat dia untuk menjadi lebih banyak tahu keadaan sekitar dan hal-hal yang seharusnya dia tahu dengan rasa percaya dirinya itu tetapi karena dia tidak percaya diri dan malu untuk bertanya, maka hal-hal itu terlewat begitu.
Solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut harus dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang dekat dengan anak tersebut. Dari pihak sekolah,  guru harus sering menunjuk anak tersebut untuk lebih aktif menjawab pertanyaan yang diajukan dan sering melatih anak tersebut untuk berbicara di depan kelas menjelaskan kembali materi yang telah dijelaskan agar dia tidak canggung berhadapan dengan teman satu kelas. Guru juga harus memberikan motivasi agar anak lebih percaya diri bahwa dia juga mempunyai potensi untuk bersaing dengan anak-anak yang lain dan menunjukkan potensi yang ia miliki. Dengan usaha tersebut maka guru telah melatih dan memberikan dukungan serta perhatian yang lebih agar rasa percaya diri anak tersebut muncul. Selain itu guru juga harus melakukan pendekatan dengan orangtuanya agar orangtua anak tersebut dapat mendidik dan memunculkan rasa percaya dirinya di lingkungan keluarga karena sebagian besar waktu anak dihabiskan di lingkungan keluarga. Disini karena peran orangtua sangat penting dan orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak dirumah. Orangtua harus mencari tahu apa yang meyebabkan anak tersebut tidak percaya diri jika berhadapan dengan orang lain yang bukan dari anggota keluarganya. Jika orangtua sudah tahu penyebabnya, alangkah sebaiknya dirundingkan dengan guru atau orang yang dirasa lebih mengerti untuk dapat mencari solusi masalahnya. Hal ini akan mempercepat proses percaya diri dan keberanian anak tersebut dalam mengemukakan pendapat disuatu diskusi kelas dan dalam pergaulan dengan teman sebayanya. Anak tersebut juga tidak perlu canggung lagi untuk berhadapan dengan orang lain yang bukan anggota dari keluarganya. Di masa depannya kelak, anak tersebut juga mempu untuk bersaing dengan orang lain tanpa harus menyembunyikan potensi yang ia miliki sesungguhnya
Untuk dapat melatih kelantangan suara saat dia membaca, guru dapat membantu dia dengan sering menunjuk dia untuk membacakan suatu materi dan siswa yang lain menyimak. Pada awalnya memang suara yang dikeluarkan akan kecil, dan pada saat itu guru harus sering-sering mengingatkan dia agar membacanya lebih keras lagi. Jika hal itu dilakukan secara terus-menerus maka dia akan terbiasa dengan suara yang lantang dan tegas. Selain guru, orangtua di rumah juga harus membiasakan dia untuk selalu membaca dengan suara yang keras tetapi masih tahu batas-batas aturannya.















BAB VI
PENUTUP

Simpulan
    Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Penting bagi para guru kelas SD memahami bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Setiap periode perkembangan pada anak mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Tetapi, keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara integrasi saling terjalin dan saling memberi dukungan fungsional satu sama lain baik aspek fisik maupun psikis anak tersebut. Anak yang pemalu dan merasa kurang percaya diri akan berakibat pada psikisnya, misalnya anak merasa tertekan jika diminta untuk berbicara di depan kelas. Jika hal itu dilakukan terus menerus tanpa menggunakan trik yang dimaksudkan untuk mngelabuhi sikap kurang percaya diri anak tersebut maka lama-kelamaan anak akan terguncang jiwanya dan terganggu belajarnya.
Saran
    Sebelum menjadi guru yang handal dan bermutu, seorang guru harus mengetahui kelebihan dan kelemahan peserta didik yang akan diajarkannya agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan kondusif dan aktif. Tanpa mempelajari karakter dan kepribadian peserta didik, guru tidak akan sukses untuk memajukan pendidikan peserta didik dimanapun mereka mengajar. Setiap peserta didik pasti mengalami masalah dalam proses belajarnya. Jadi, alangkah baiknya jika guru mengetahui cara atau teori jitu untuk mengatasi masalah yang dirasakan oleh anak tersebut sebagai kelemahan bukan sebagai hambatan bagi anak tersebut untuk belajar karena anak yang mempunyai masalah dalam belajar tersebut juga mempunyai potensi yang sama dengan teman yang lainnya.


BAB VII
DAFTAR PUSTAKA




















BAB VIII
LAMPIRAN

Foto Siswa Kelas II SD Islam An-Nur











   

Kamis, 21 Juni 2012

Cerpen_KETIKA TUHAN BERKEHENDAK

Oleh : Nita Afrianti

Pengumuman kelulusan ujian akhir nasional. Satu jam lagi kata kepala sekolah ketika memberi sambutan. Kami berkumpul dan berbaris tepat pukul 08.00 pagi, dihalaman sekolah. Sambutan dan pengarahan Kepala sekolah di dengarkan dengan hikmat, semua murid menunduk berdo’a dengan hati berdebar. Menanti detik-detik yang sangat menentukan masa depan. Setelah sambutan, semua siswa kelas III SMP Negeri Rawalo masuk ke dalam kelas masing-masing.
Sangat menegangkan. Hari ini sebuah sejarah terpatri dalam diri masing-masing. Dan anehnya kelas III D yang waktu kemarin ketika masa belajar terkenal dengan keributannya dan selalu didatangi oleh guru BP, hari ini sunyi senyap. Anak-anak biang keributan khusuk dengan do’a mereka. Semua menundukan kepala dengan tangan di atas meja, dari balik jendela kaca, langkah Ibu Sumarsih wali kelas III D terlihat memasuki ruangan, wajahnya pun tegang, beliau takut dan malu jika pelajaran yang selama ini diberikan guru-guru SMP Negeri Rawalo tidak membuahkan hasil. Bu Rita melangkah dengan membawa map berwarna kuning yang didalamnya berisi tiga puluh delapan amplop berwarna putih yang sudah tertera nama masing-masing dari murid yang ada di dalam kelas ini.
“Anak-anaku, ketegangan ini bukan hanya dirasakan kalian namun juga semua dewan guru di sekolah ini. Diantara kalian ada yang gagal dan harus mengulang tahun depan. Kami dewan guru meminta maaf jika pelajaran yang kami berikan tidak dapat diterima dengan baik oleh kalian, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kalian. Dan semua itu kembali pada kalian. Jika kalian selama ini serius dalam belajar, pasti kalian tidak akan kecewa. Baiklah langsung saja akan saya bagikan amplop pengumuman ini dan ibu harap dibuka di rumah, di depan orang tua kalian.” Sambutan Ibu Sumarsih menambah gemetar hati semua murid.
Satu persatu amplop sudah berada di tangan semua murid. Kami sekelas tidak ikut keluar kelas, detak jantung mengiringi detik-detik penentuan. Amplop putih ini kupandangi dengan perasaan khawatir, namun penasaran. Seakan tidak mendengar perintah Ibu Sumarsih untuk membuka di rumah di depan orang tua, karena besar rasa penasaran akhirnya kami sepakat untuk membuka bersama-sama di dalam kelas. Belum ada intruksi buka, Sidik anak paling bandel di kelas berteriak dan tersungkur sujud di lantai kelas “Terima kasih Ya Alloh” teriaknya, pandangan kami serentak tertuju padanya. Rasa penasaran kami semakin memuncak. Tangis sedih Aan anak yang menjadi siswa teladan tak dapat dielakan satu pelajaran dia gagal. Rasa malu dan menyesal bercambur aduk, aku pun merasa heran kenapa Aan gagal.
Aku membuka amplopku dengan gemetaran. Kertas putih yang berlogo dinas pendidikan aku buka perlahan, langsung mataku menemukan nama yang dicetak dengan huruf tebal ”NITA AFRIANTI”. Lalu kulihat tulisan “LULUS”.
Jantungku semakin berdebar, haru hingga meneteskan butiran air mata di kelopak mataku. Perjuangan bapak dan Ibu tidak sia-sia, batinku  merasa bahagia tetapi aku juga merasa sedih melihat teman ku yang tidak lulus. Setiap orang yang mengucapkan selamat pada ku membuat ku ingin cepat pulang dan memberitahukan pada orang tua ku.
“Selamat ya, kira-kira Nita bisa lanjut ke SMA tidak ya?” tanya Lina pada ku. Aku benar-benar hancur saat aku mendengar kalimat itu. Kenapa sahabat dekat ku sendiri sanggup menghancurkan hati ku disaat yang bahagia ini?
Aku mengingat selama 1 tahun terakhir ini, keadaan ekonomi keluarga sedang terpuruk. Usaha toko orang tua ku benar-benar sedang mengalami keterpurukan yang amat sangat membuat keluarga ku putus asa. Ada tetangga sebelah yang juga mendirikan toko, dia tidak mau toko yang di dirikannya itu disaingi oleh orang lain, jadi dia pergi ke dukun untuk membuat toko orang tua ku bangkrut. Berawal dari situlah keterpurukan ekonomi keluarga ku. Dan pada pertengahan kelas 3 ini hampir saja aku mandek di tengah jalan. Karena aku rasakan kesulitan yang di alami orang tuaku sangat berat. Jangankan untuk mendaftar SMA, untuk membeli barang-barang dagangan yang akan dijual lagi saja bapak sangat merasa berat, jika tidak ada barang yang dijual maka keluarga ku tidak bisa makan untuk hari itu.
Namun, semangat Bapak untuk terus menyekolahkan aku tetap membara. Setiap hari nasehat-nasehatnya membukakan pikiranku. Ketika bapak mulai mengeluh dengan keadaan ini, karena biaya untuk mendaftar SMA itu tidak sedikit. Tetapi semangat ku untuk malanjutkan ke SMA sangat besar dan q berfikir untuk merubah kembali perekonomian keluarga ku seperti dahulu dimana keluarga ku mengalami masa kejayaan. Itulah aku dan itu menjadi beban dalam pikiranku. “Kalau bukan aku siapa yang akan merubah nasibku dan keluarga ku di masa depan? ”  kataku dalam hati.
 Sepanjang jalan pulang rasaku tak karuan. Otakku ditempa oleh keadaan. Kebimbangan untuk menetapkan masa depan begitu suram. Mau kerja di Jakarta? Tetapi siapa yang akan membawa aku ke Jakarta dan melamar kerja? Lalu setelah aku di Jakarta, aku mau kerja apa di usia ku yang masih dibawah umur ini? Lantas jika tidak melanjutkan sekolah mau jadi apa? Ngapain? Benakku terusik.
Sampai di rumah, keadaan rumah sangat sepi. Bapak, ibu serta Indri dan Ana  adikku pasti sedang ke rumah nenek ku yang rumahnya tidak jauh dari rumah ku karena nenek sedang membuat syukuran untuk kakek ku yang sudah meninggal 3 tahun lalu. Aku masuk ke dalam rumah, mataku meyapu keseluruh sudut ruangan, sepi. Lalu aku buka tudung saji yang tertelungkup di meja makan, kosong. Hanya sebutir nasi kering yang melekat di atas meja sisa kemarin. Aku melangkah ke tunggu di dapur rumahku, senyap dan dingin.
“Pasti Ibu tidak masak hari ini” Gumamku. Rasa lapar aku tahan, air putih aku harap cukup untuk mengenyangkan perut.
Aku rebahkan tubuhku di dipan kamar ku, amplop kelulusan masih aku pegang.
“Keadaanku sangat payah, aku harus tetap sekolah agar kelak keluargaku tidak lagi dalam keadaan susah. Aku harus sekolah!, tapi aku bingung darimana biaya untuk mendaftar ke SMA? Tapi, aku harus tetap sekolah walaupun untuk tahun depan” Jerit hatiku.
Rasanya aku harus hijrah dari desa ini. Aku akan mencari pekerjaan untuk melanjutkan sekolahku sendiri. Itulah tekad ku. Pikirianku merayap jauh, keadaan keluargaku membangun mimpi-mimpi besar di anganku. Aku jadi ingat petuah guru SD ku” Raihlah cita-citamu setinggi bintang di langit. Jika tidak tergapai setidaknya setinggi pohon kelapa yang tergapai” kata bijak itu mampu mendorongku untuk tetap pada pendirianku. Aku harus terus sekolah!! Dengan perasaan geram dan greget penuh semangat.
Terdengar dibelakang rumahku suara “tok..tok..tok” suara pintu depan terbuka. Aku bangkit dari rebahku, melangkah menyambut mereka.
“Sudah pulang nit?” Sapa Ibu sambil meletakan rantang yang berisi nasi dan lauk yang dibawa dari tempat nenek ku.
“Iya bu” Jawabku sambil mencium telapak tangan ibu, lalu disusul dengan tangan bapak.
“Terima kasih Pak, Bu akhirnya aku lulus” Ucapku sambil memeluk tubuh-tubuh renta itu. Tangan-tangan kasar namun lembut itu mengelus rambutku dengan rasa haru dan sayang. Hatiku terasa adem tak sanggup untuk mengatakan jika aku ingin sekali melajutkan sekolah.
“Kamu masih ingin terus sekolah nak?” Tanya Ibu, tiba-tiba. Aku terdiam, tak dapat menjawab. Aku tahu perasaan mereka, aku tahu mereka sedih, aku tahu mereka sangat menginginkan aku harus tetap sekolah, aku tahu mereka putus asa, namun mereka tak dapat ber buat apa-apa.
Malam semakin larut, anganku terus mengusik, gelisah tak dapat memejamkan mata. Semua posisi sudah aku terapkan, miring salah terlentang salah tengkurap apalagi. Merdu suara jangkrik mengiringi hembusan angin dingin yang menyelusup melewati cela-cela jendela kamar. Terdengar lirih di tengah kesunyian malam percakapan Ibu dan Bapak di dalam kamarnya.
“Anak kita harus tetap terus sekolah Pak, kasihan lagi pula anaknya cukup pintar dan telaten” kata Ibu.
 “Iya bu, tapi yang Bapak pikirin pakai apa kita membiayainya?” jawab Bapak lemah.
 “Ibu yakin pak, nanti ada saja jalan dan rezekinya, selagi kita benar-benar niat mau menyekolahkannya”
“Ya, kita hanya bisa berdo’a saja bu” 
Lalu hening.
Keheningan malam berlalu, kokok ayam jantan bersahutan disusul adzan subuh lirih dari surau, bergegas aku mandi walau mata ini berat sekali karena semalaman aku tidak dapat tidur. Sholat subuh adalah kewajiban.
Fajar menyingsing mentari hangat menyinari halaman rumah yang belukar, tanaman hias tak terawat. Di dapur ibu sedang menyiapkan sarapan dan bapak sedang membersihkan belakang rumah yang kotor akibat daun yang berjatuhan tertiup angin. Aku mengisi bak mandi dan gentong untuk masak dan mencuci piring Ibu.
“Tok...Tok...Tok... Assalamualaikum.....” terdengar suara orang yang bertamu.
“Waalaikum salam.......” Jawab ibu
“Oh pak pos, tumben pak datang kemari?Ada surat dari siapa ya pak?” Sambung Ibu
“Ini bukan surat bu, tapi wesel buat ibu” Pak pos menjelaskan
Bapak yang tadinya di belakang rumah keluar untuk menyusul ibu menemui pak pos dan aku tetap asyik menyelesaikan pekerjaan ku mengisi bak mandi.
“Ada apa Bu?” tanya bapak “Ini lho pak, katanya ada wesel tapi ibu belum tahu dari siapa?”
“Ini bu, nanti pengambilan langsung ke kantor pos saja” Jelas pak pos
“Oh...Iya pak, terima kasih pak”
“Sama-sama bu, sudah menjadi tugas saya” Sambung pak pos
Bapak dan ibu pun langsung mencari tahu wesel tersebut kiriman dari siapa. Ternyata wesel tersebut dari bu lik ku yang berkerja di luar negeri.
Bapak pun langsung membaca tulisan angka yang tertulis jelas di halaman depan kertas, Rp 1.500.000,00. Dikertas itu tertulis sejumlah angka yang benar-benar membuat keget ibu dan bapak.
“Nit....Nit....Nit...Sini...” Panggil ibu pada ku
“Ya bu, sebentar....”
Tak beberapa lama aku mendekati mereka dan ku lihat kertas yang di pegang oleh bapak.
“Wesel ini dari siapa pak?” tanya ku bingung
“Dari bu lik mu nit...” jawab bapak.
Tak berapa lama, tetanggaku datang ke rumah untuk memberikan telepon yang katanya dari bu lik ku karena pada saat itu keluarga ku belum mempunyai telepon.
“Halo Assalamualaikum.....” Sapa bapak di telepon
“Waalaikum salam.....” Jawab bu lik di telepon
“Mas, gimana kabar keluarga? Udah lama ya ga pernah kasih kabar..” Tanya bu lik ku
“Kabar keluarga alhamdulillah lagi sehat-sehat semua dik, kamu sendiri gimana?”
“Kabar ku alhamdulillah juga baik ko mas...Oia mas, wesel ku udah nyampai?” tanya bu lik penasaran.
“Ni baru aja sampai dik, kertasnya saja masih aku pegang, itu wesel untuk siapa dik ko jumlahnya banyak banget?”
“Aku tahu mas, Nita udah lulus SMP dan pasti dia ingin sekali melanjutkan ke SMA, jadi aku kirim wesel untuk membantu biaya pendaftaran Nita ke SMA mas..” Jelas Bu lik.
“Ya Alloh dik....Maksih banyak dik, ini memang akan sangat membantu Nita untuk dapat melanjutkan sekolahnya.” Ucap bapak.
“Ya udah kalau begitu mas, aku mau pergi dulu ni...Salam buat kelurgaku semua ya mas...”
“Ya dik, sama-sama.....Mas ucapkan terima kasih banyak buat bantuannya dik..Jaga diri baik-baik di situ” Kata bapak.
Tak berapa lama, bapak melempar senyuman ke arah ku dan menceritakan kembali kalau bu lik mengirim bapak wesel dengan tujuan untuk membantu biaya pendaftaran ku ke SMA. Mendengar hal itu, hati ku langsung berbunga-bunga. Aku merasa bahagia sekali, ternyata angan-angan ku untuk melanjutkan sekolah sekarang bukan hanya angan-angan belaka tapi ini akan menjadi kenyataan.
“Ya Alloh.....Alhamdulillah...Engkau memberikan jalan yang terbaik buat ku” Ucapku dalam hati.
Setelah kelulusan SMP, memang siswa dinyatakan lulus tetapi ijasah belum dapat diberikan pada saat itu juga. Ijasah dapat diambil setelah kelulusan dan ada pengumuman kalau besok adalah hari pengambilan ijasah.
Pagi-pagi aku sudah berpakaian rapi dan siap untuk menyantap makanan yang sudah disiapkan oleh ibu. Orangtua ku sudah tahu kalau hari ini jadwal ku untuk pengambilan ijasah.
Sesampainya di sekolah, orang yang pertama aku temui adalah Lina karena dia teman dekat ku. Dia sedang duduk di serambi kelas untuk menunggu wali kelas ku datang membagikan ijasah.
“Hai lin....Sendirian aja ni? Gimana kabarnya?” Sapa ku.
“Heem ni nit, kabar ku baik ko nit...kamu gimana?”
“Aku juga baik ko lin....”Jawab ku.
“Oia nit, kamu akan melanjutkan SMA ga?”
“Insya Alloh Lin, bapak sudah menyuruh ku untuk mencari informasi pendaftaran SMA yang akau inginkan”
“Ha, masa seorang Nita mampu untuk melanjutkan ke jenjang SMA? Masa iya sih? Memang orangtua kamu lagi punya duit Nit” Ucapnya sambil tertawa sinis.
Aku sakit hati banget mendengar pertanyaan Lina yang begitu mengejek keadaan perekonomian keluarga ku sekarang, padahal dulu kalau Lina main ke tempat ku Lina selalu dibawakan jajan untuk adiknya dan keluarganya di rumah karena orangtua ku sudah menganggap mereka seperti keluarga sendiri tetapi setelah keluarga ku mengalami keterpurukan kenapa Lina jadi seenaknya saja mengejek keluarga ku??
Setelah aku mendengar ejekan Lina yang sangat keterlaluan itu, aku langsung masuk kelas dan bergabung dengan teman-teman yang lain. Tidak berapa lama Ibu Sumarsih selaku Wali Kelas ku masuk kelas dan membagikan ijasah yang dibawa beliau. Satu persatu nama disebutkan dan setelah aku menerima ijasah, aku langsung mencari tahu pendaftaran SMA yang sudah buka pendaftaran.
Pilihan ku jatuh pada SMA N Patikraja yang letaknya cukup jauh dari rumah ku. Perjalanan yang harus ditempuh untuk sampai ke SMA itu adalah 45 menit dan itu aku berangkat dan pulang sekolah naik bis yang jalur lintasnya lewat depan rumah ku persis karena rumah ku berada di pinggir jalan raya. Sebenarnya aku memilih SMA 5 Purwokerto yang khualitasnya cukup bagus, tetapi kalau mendaftar di SMA itu nilai ku tidak mampu untuk bersaing dengan anak-anak lain.
ф*ф*ф
Hari pengumuman yang ditunggu-tunggu pun akhirnya datang juga. Pagi-pagi sekali sekitar jam 6 aku sudah berada di depan gerbang SMA bersama dengan beberapa anak yang aku kenal saat pendaftaran. Jam yang berada di atas gerbang sudah menunjukkan pukul 07.00 dan gerbang pun akhirnya dibuka oleh Satpam yang sebenarnya daritadi sudah ada di depan gerbang. Aku langsung masuk dan melihat pengumuman yang sudah di tempel di papan pengumuman.
Dari sekian banyak daftar nama siswa yang diterima, nama ku pun ada dalam kolom no 2 paling atas.
“Alhamdulillah.....” Ucap syukur ku dalam hati karena Alloh telah memudahkan aku dalam segala hal, dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Seperti sekarang ini, disaat perekonomian keluarga ku sedang dalam keadaan kritis tetapi Alloh mengirim bantuan lewat bu lik ku yang mengirim wesel untuk membantu melanjutkan sekolah.
Tidak berapa lama setelah aku melihat pengumuman tersebut, aku pulang karena orangtua ku berhak tahu hasil pengumuman tersebut. Sesampai di rumah, orang tua ku sudah menunggu hasil pengumuman tersebut dan akhirnya senyum pun terpancar dari wajah mereka yang lembut menatap ku bangga.
Hari-hari di SMA pun sudah aku lalui selama 1 tahun dan tiba saatnya untuk mengistirahatkan fikiran selama liburan sekolah tiba karena adanya hari raya idul fitri, aku libur selam 2 minggu. Di hari idul fitri tersebut biasanya orang-orang yang merantau di Jakarta dan sekitarnya akan pulang untuk berkumpul dengan keluarga, begitu juga dengan Lina. Saat aku dan keluarga ku berjalan-jalan untuk bermaaf-maafan, tidak sengaja aku bertemu dengan Lina dan keluarganya. Aku dan keluarga ku pun berhento sebentar untuk saling menyapa dan bersalaman.
“Minal aidzin wal faidzin ya Lin” Ucap ku
“Sama-sama nit...” Balasnya
“Sekarang melanjutkan sekolah di SMA mana Lin?”
Dengan wajah yang bingung dan gugup dia menjawab “Aku ga melanjutkan sekolah Nit, orangtua ku tidak punya uang buat biaya pendaftaran ku” Jawabnya.
Aku kaget mendengar jawaban Lina tersebut, anak yang dulu pernah mengejek ku karena perekonomian keluarga ku, sekarang justru malah dia yang tidak melanjutkan sekolah. Dengan perasaan bangga dan sedih aku memandang Lina dengan tidak percaya. Bangga karena dengan bantuan bu lik ku aku bisa sekolah dan sedih karena teman dekat ku dulu tidak bisa melanjutkan sekolah.
Sesampai di rumah aku menceritakan ke ibu ku kalau ternyata Lina tidak melanjutkan sekolah karena orangtuanya tidak mempunyai biaya untuk mendaftar ke SMA. Mendengar hal itu ibu ku langsung berpesan kalau kita dalam keadaan sedang mempunyai rezeki, sebaiknya kita jangan mengejek orang yang sedang di bawah dalam artian kondisi ekonominya sedang tidak mampu karena jika Alloh sudah campur tangan, semua yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Sampai sekarang pesan ibu selalu aku ingat dan itu selalu menjadi motivasi buat ku untuk tidak menyepelekan orang lain.
∞◊∞◊∞